Sabtu, 21 Januari 2012

persepsi

PERSEPSI




Disusun Oleh :
1.      Aprilia Fitriyanti         (11.0301.0006)
2.      Emer Aldyas D.w.      (11.0301.0012)
3.      Nugroho Seno Adi      (11.0301.0058)
4.      Septiara W                  (11.0301.0056)




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
TAHUN 2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang

    Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita
d..ASPEK-ASPEK PERSEPSI
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam Mar'at, 1991) ada tiga yaitu:
1.Komponen kognitif
2.Komponen Afektif
3.Komponen Konatif





B.   Tujuan
Makalah ini di buat oleh kelompok kami dengan tujuan untuk memenuhi tugas oleh dosen kami dan untuk membantu pembaca dalam memahami Persepsi.












BAB II
PEMBAHASAN


A.PENGERTIAN PERSEPSI

Persepsi setiap orang terhadap suatu objek berbeda-beda. Kita mungkin sering mendengar kata-kata ini. Namun apa dan bagaimana persepsi itu? Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Mangkunegara (dalam Arindita, 2002) berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi mecakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (Input), pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap. Adapun Robbins (2003) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.
Walgito (1993) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang diterima dan alat indera dipergunakan sebagai penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak.
aaa
Leavitt (dalam Rosyadi, 2001) membedakan persepsi menjadi dua pandangan, yaitu pandangan secara sempit dan luas. Pandangan yang sempit mengartikan persepsi sebagai penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan pandangan yang luas mengartikannya sebagai bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Sebagian besar dari individu menyadari bahwa dunia yang sebagaimana dilihat tidak selalu sama dengan kenyataan, jadi berbeda dengan pendekatan sempit, tidak hanya sekedar melihat sesuatu tapi lebih pada pengertiannya terhadap sesuatu tersebut.
Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut. Untuk memahami hal ini, akan diberikan contoh sebagai berikut: individu baru pertama kali menjumpai buah yang sebelumnya tidak kita kenali, dan kemudian ada orang yang memberitahu kita bahwa buah itu namanya mangga. Individu kemudian mengamati serta menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya, dari buah itu secara saksama. Lalu timbul konsep mengenai mangga dalam benak (memori) individu. Pada kesempatan lainnya, saat menjumpai buah yang sama, maka individu akan menggunakan kesan-kesan dan konsep yang telah kita miliki untuk mengenali bahwa yang kita lihat itu adalah mangga (Taniputera, 2005).1
Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera (Dreverdalam Sasanti, 2003). Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri    individu.
Sabri (1993) mendefinisikan persepsi sebagai aktivitas yang memungkinkan manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat inderanya, menjadikannya kemampuan itulah dimungkinkan individu mengenali milleu (lingkungan pergaulan) hidupnya. Proses persepsi terdiri dari tiga tahap yaitu tahapan pertama terjadi pada pengideraan diorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, tahapan ketiga yaitu stimulasi pada penginderaan diinterprestasikan dan         dievaluasi.
Mar’at (1981) mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari suatu kognisi secara terus menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya. Riggio (1990) juga mendefinisikan persepsi sebagai proses kognitif baik lewat penginderaan, pandangan, penciuman dan perasaan yang kemudian ditafsirkan.
Persepsi , menurut Rakhmat Jalaludin (1998: 51), adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut Ruch (1967: 300), Persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk- petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard (1991: 201) mengemukakan bahwa Persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa Persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Dikarenakan Persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka Persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera.
Dalam hal ini Persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera (Chaplin, 1989: 358) Sebagai cara pandang, Persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan Persepsi (Atkinson dan Hilgard, 1991 : 209). Dalam hal ini, Persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri (Gibson, 1986: 54).       
Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang    berarti.

B.PROSES PEMBENTUKAN            PERSEPSI
Alport (dalam Mar’at, 1991) proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada.

Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa terjadinya persepsi merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap        berikut:
1.Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.
2.Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf sensoris.
3.Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor.
4.Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan    perilaku.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan, bahwa proses persepsi melalui tiga tahap,    yaitu:
1.Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial melalui alat indera manusia, yang dalam proses ini mencakup pula pengenalan dan pengumpulan informasi tentang stimulus yang       ada.
2.Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta pengorganisasian informasi
a.
3.Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi lingkungan melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, serta pengetahuan individu.

Menurut Newcomb (dalam Arindita, 2003), ada beberapa sifat yang menyertai proses persepsi,       yaitu:
1.Konstansi (menetap): Dimana individu mempersepsikan seseorang sebagai orang itu sendiri walaupun perilaku yang ditampilkan         berbeda-beda.
2.Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si perseptor. Dalam arti bahwa banyaknya informasi dalam waktu yang bersamaan dan keterbatasan kemampuan perseptor dalam mengelola dan menyerap informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja yang diterima dan             diserap.
3.Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi yang sama dapat disusun ke dalam pola-pola menurut cara yang         berbeda-beda.3
Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi (dalam Yusuf, 1991: 108) sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan
"interpretation", begitu juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh. Menurut Asngari (1984: 12-13) pada fase interpretasi ini, pengalaman masa silam atau dahulu. memegang peranan yang penting.

C.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI

Thoha (1993) berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dlam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik.
Dijelaskan oleh Robbins (2003) bahwa meskipun individu-individu memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini dari   :
a.Pelaku persepsi           (perceiver).     
b.Objek atau yang         dipersepsikan
c.Konteks dari situasi dimana persepsi itu        dilakukan.
Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau gedung, persepsi terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan orang tersebut. Objek yang tidak hidup dikenai hukum-hukum alam tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif atau maksud seperti yang ada pada manusia. Akibatnya individu akan berusaha mengembangkan penjelasan-penjelasan mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh pengandaian-pengadaian yang diambil mengenai keadaan
internal orang itu (Robbins,       2003).
Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama          lain.
Oskamp (dalam Hamka, 2002) membagi empat karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang terdapat dalam persepsi,            yaitu:
a.Faktor-faktor ciri dari objek   stimulus.
b.Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi,       minat.
c.Faktor-faktor pengaruh           kelompok.
d.Faktor-faktor perbedaan latar belakang         kultural.
Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian,jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam mempresepsikan      sesuatu.
Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain termasuk yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal (Rakhmat 1998: 55). Selanjutnya Rakhmat menjelaskan yang menentukan persepsl bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli. Persepsi meliputi juga kognisi (pengetahuan), yang mencakup penafsiran objek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan (Gibson, 1986 : 54). Selaras dengan pernyataan tersebut Krech, dkk. (dalam Sri Tjahjorini Sugiharto 2001: 19) mengemukakan bahwa persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama, yakni pengalaman masa lalu dan faktor pribadi.

Mar'at (Aryanti, 1995) mengemukakan bahwa persepsi di pengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala, dan pengetahuan terhadap objek psikologis.
Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terdiri dari faktor personal dan struktural. Faktor-faktor personal antara lain pengalaman, proses belajar, kebutuhan, motif dan pengetahuan terhadap obyek psikologis. Faktor-faktor struktural meliputi lingkungan keadaan sosial, hukum yang berlaku, nilai-nilai dalam masyarakat. Pelaku orang lain dan menarik kesimpulan tentang penyebab perilaku tersebut atribusi dapat terjadi bila:1). Suatu kejadian yang tidak biasa menarik perhatian seseorang, 2). Suatu kejadian memiliki konsekuensi yang bersifat personal, 3). Seseorang ingin mengetahui motif yang melatarbelakangi orang lain (Shaver, 1981; Lestari, 1999).
Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu faktor pemersepsi (perceiver), obyek yang dipersepsi dan konteks situasi persepsi dilakukan.
D.ASPEK-ASPEK PERSEPSI

Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam Mar'at, 1991) ada tiga yaitu:
1.Komponen kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.

2.Komponen Afektif

Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
3.Komponen Konatif

Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.     
Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan, 1996) menyatakan bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:
1)Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.

2)Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.
3)Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Rokeach (Walgito, 2003) memberikan pengertian bahwa dalam persepsi terkandung komponen kognitif dan juga komponen konatif, yaitu sikap merupakan predisposing untuk merespons, untuk berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predis posisi untuk berbuat atau    berperilaku.4
Sebagian besar dari prinsip-prinsip persepsi merupakan prinsip pengorganisasian berdasarkan teori Gestalt. Teori Gestalt percaya bahwa persepsi bukanlah hasil penjumlahan bagian-bagian yang diindera seseorang, tetapi lebih dari itu merupakan keseluruhan [the whole]. Teori Gestalt menjabarkan beberapa prinsip yang dapat menjelaskan bagaimana seseorang menata sensasi menjadi suatu bentuk persepsi
Gambar berikut menunjukkan bahwa persepsi manusia bukanlah hasil penjumlahan unsur-unsurnya [segitiga terbalik ditambah bujursangkar biru yang terpotong], tetapi seseorang dapat melihat ada segitiga putih di tengah walau tanpa garis yang membentuk segitiga tersebut.

Prinsip persepsi yang utama adalah prinsip figure and ground. Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia, secara sengaja maupun tidak, memilih dari serangkaian stimulus, mana yang menjadi fokus atau bentuk utama [=figure] dan mana yang menjadi latar [=ground].

Beberapa contoh visual lain dapat dilihat berikut ini.

Dalam kehidupan sehari-hari, secara sengaja atau tidak, kita akan lebih memperhatikan stimulus tertentu dibandingkan yang lainnya. Artinya, kita menjadikan suatu informasi menjadi figure, dan informasi lainnya menjadi ground. Salah satu fenomena dalam psikologi yang menggambarkan prinsip ini adalah, orang cenderung mendengar apa yang dia ingin dengar, dan melihat apa yang ingin dia lihat.

Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi mengandung komponen kognitif, komponen afektif, dan juga komponen konatif, yaitu merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku. Sikap seseorang pada suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari kontelasi ketiga komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku terhadap obyek sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan konsisten satu dengan lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian secara internal diantara ketiga komponen tersebut.


Persepsi [perception] merupakan konsep yang sangat penting dalam psikologi, kalau bukan dikatakan yang paling penting. Melalui persepsilah manusia memandang dunianya. Apakah dunia terlihat “berwarna” cerah, pucat, atau hitam, semuanya adalah persepsi manusia yang bersangkutan. Persepsi harus dibedakan dengan sensasi [sensation]. Yang terakhir ini merupakan fungsi fisiologis, dan lebih banyak tergantung pada kematangan dan berfungsinya organ-organ sensoris. Sensasi meliputi fungsi visual, audio, penciuman dan pengecapan, serta perabaan, keseimbangan dan kendali gerak. Kesemuanya inilah yang sering disebut indera.

Jadi dapat dikatakan bahwa sensasi adalah proses manusia dalam dalam menerima informasi sensoris [energi fisik dari lingkungan] melalui penginderaan dan menerjemahkan informasi tersebut menjadi sinyal-sinyal “neural” yang
bermakna. Misalnya, ketika seseorang melihat (menggunakan indera visual, yaitu mata) sebuah benda berwarna merah, maka ada gelombang cahaya dari benda itu yang ditangkap oleh organ mata, lalu diproses dan ditransformasikan menjadi sinyal-sinyal di otak, yang kemudian diinterpretasikan sebagai “warna merah”. Berbeda dengan sensasi, persepsi merupakan sebuah proses yang aktif dari manusia dalam memilah, mengelompokkan, serta memberikan makna pada informasi yang diterimanya. Benda berwarna merah akan memberikan sensasi warna merah, tapi orang tertentu akan merasa bersemangat ketika melihat warna merah itu, misalnya.

Contoh klasik dari fungsi persepsi ini tampak pada gambar berikut ini. Coba perhatikan baik-baik, gambar siapa yang Anda lihat?







BAB III
PENUTUP

A.   Simpulan
Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera (Dreverdalam Sasanti, 2003).
Persepsi , menurut Rakhmat Jalaludin (1998: 51), adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.



CARA MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR PADA SLOW LEARNER

“CARA MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR PADA SLOW LEARNER”
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Psikologi umum
Dosen Pengampu : Dra Lilis M.,M.Si

logo umm.jpg




Disusun Oleh :
Gilang Ramadhan Soerya Permana ( 11.0301.0014)


JURUSAN BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2011/2012


KATA PENGANTAR
 Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat beliaulah saya selaku penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Berdasarkan mata kuliah yang telah diberikan, saya memberi judul makalah
ini Psikologi Pendidikan dengan membahas mengenai anak berkebutuhan khusus,
topik yang akan dibahas adalah “Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar pada Slow
Learner”.
 Dalam proses pembelajaran biasanya terdapat seorang anak atau lebih
yang memiliki tingkat intelegensi rendah yaitu sedikit dibawah normal dan
mereka memiliki keterlambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik
maupun non-akademik. Demi masa depan mereka, sangat perlu untuk
meningkatkan motivasi atau dorongan mereka untuk belajar. Untuk itulah saya
susun makalah ini untuk membantu para pembaca sekalian agar memperoleh
sedikit informasi mengenai cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
motivasi belajar para slow learner.
 Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari
pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses
penyusunan dan pembuatan makalah ini. Rasa terimakasih saya sampaikan kepada
ibu dosen pembimbing Dewi Arum Widhiyanti Metra Putri, S.Psi yang telah
bersedia menuntun dan membantu saya dalam pembuatan makalah ini serta
narasumber dan pihak-pihak lainnya yang turut serta membantu demi
terselesaikannya makalah ini sesuai dengan apa yang telah diharapkan
sebelumnya.
 Penulis sebagai manusia yang banyak memiliki kekurangan menyadari
bahwa apa yang penulis sampaikan dalam makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dalam proses penyampaiannya maupun isi atau hal-hal yang
terkandung di dalamnya. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca yang berbahagia yang bersifat membangun sehingga
dapat membantu penulis untuk dapat lebih menyempurnakan lagi makalah ini.
Penulis sangat berharap apa yang telah disajikan dalam makalah ini dapat
memberikan manfaat-manfaat yang sedianya dapat berguna pagi pembaca pada
umumnya dan para penyelenggara pendidikan pada khususnya sehingga apa yang
menjadi tujuan pendidikan di Indonesia serta tujuan Bangsa Indonesia dapat
tercapai sebagaimana yang diharapkan.



 magelang, 11 Januari 2012





Penulis,










DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

 Latar Belakang Masalah................................................................ 1

 Tujuan............................................................................................ 2

 Rumusan Masalah.......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 3

Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar pada Anak Lamban Belajar

( Slow Learner ).............................................................................. 3

BAB III PENUTUP................................................................................... 5

 Kesimpulan..................................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 6



BAB I

PENDAHULUAN



Latar Belakang.

 Setiap individu yang terlahirkan ke dunia ini memiliki kemampuan yang
berbeda terutama dalam bidang akademik yang diakibatkan adanya perbedaan
tingkat intelegensi yang dimiliki oleh setiap individu tersebut. Sering kita temui
adanya individu atau anak yang memiliki tingkat intelektual yang tinggi sehingga
sering mendominasi dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam proses
pembelajaran yang biasa disebut anak yang berbakat atau pintar dan terdapat pula
yang biasa-biasa saja atau sering disebut dengan anak normal yang memiliki
tingkat intelegensi normal dan sering pula ditemukan anak yang memiliki tingkat
intelektual sedikit di bawah normal yang mengakibatkan mereka mengalami
keterlambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non-
akademik. Pada makalah ini akan dibahas mengenai anak yang tergolong slow
learner. Anak yang tergolong pada slow learner adalah mereka yang memiliki
dorongan atau motivasi yang rendah dalam belajar sehingga memungkinkan
mereka tidak lulus suatu mata pelajaran masalah-masalah yang mungkin menjadi
penyebab individu menjadi lambat dalam belajar adalah masalah konsentrasi,
daya ingat yang lemah, kognisi serta masalah sosial dan emosional. Karakteristik
anak lamban belar dapat dilihat dari prestasi belajarnya rata-rata kurang dari 6,
lambat dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik dibandingkan dengan teman-
temannya, memiliki daya tangkap terhadap pelajaran lambat serta pernah tidak
naik kelas. Jika seandainya mereka memiliki dorongan yang kuat untuk belajar,
mereka dapat meningkatkan tingkat intelektual menjadi normal atau lebih.
Melihat hal tersebut, para slow learner perlu memperoleh motivasi untuk
meningkatkan motivasi mereka dalam belajar yang dapat diberikan oleh pendidik
maupun pihak-pihak yang terlibat di dalam pergaulan sosialnya. Pemberian
motivasi ini sangat penting dilakukan untuk mencapai peningkatan prestasi
akademik maupun non-akademik yang akan sangat berguna baginya guna
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Melihat bahwa slow learner bukan
termasuk ke dalam tunagrahita, maka pemberian motivasi melalui pendidikan
formal, informal maupun non formal masih dapat dilakukan.

 Tujuan.

 Berdasarkan pada apa yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang
tersebut, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi
kepada pembaca tentang bagaimana cara meningkatkan atau menumbuhkan
motivasi pada individu atau anak lamban belajar ( slow learner ).



Rumusan Masalah.

 Sesuai dengan apa yang terdapat di dalam latar belakang dan tujuan, maka
yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana cara menumbuhkan motivasi
atau dorongan atau minat pada anak yang merupakan anak atau individu yang
lamban dalam belajar atau yang sering disebut dengan slow learner ?

 BAB II

PEMBAHASAN



Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar pada Anak Lamban Belajar (Slow Learner).

 Bagi seorang pendidik yang memiliki peserta didik yang tergolong anak
lamban dalam belajar, dapat menggunakan cara-cara berikut yang menurut
sumber yang penulis peroleh adalah merupakan cara-cara yang telah terbukti
kebenarannya. Berikut cara-cara tersebut :

. Sediakan tempat yang tenang untuk bekerja, dimana anak akan lebih
mudah teramati dan termotivasi.
. Jaga agar sesi pekerjaan rumah tetap pendek.
. Sediakan waktu untuk aktivitas sebelum dan selama megerjakan pekerjaan
rumah.
. Tambahkan berbagai tugas untuk proses pembelajaran bahkan ketika tidak
mendapat tugas, seperti melukis gambar dari tugas membaca.
. Ijinkan mereka mencapai kesuksesan.
. Ajukan pertanyaan mengenai tugas ketika anak sedang mengerjakannya.
. Selesaikan pekerjaan rumah sebelum tidur dan sebelum berangkat ke
sekolah.
. Ajarkan mereka cara menggunakan kalender untuk melacak tugas.
. Bacakan untuk anak yang lamban belajar tersebut.
. Gunakan bentuk ‘tiga transfer’ pembelajaran, yang mana peserta didik
harus memperoleh informasi dan lakukan tiga hal untuk itu disamping
belajar. Sebagai contoh bacakan, jelaskan kepada mereka, gambarkan dan
buat catatan.
. Sabar dan tetap konsisten ( untuk pendidik ).
. Jangan berikan hadiah bagi tugas yang belum selesai.
. Tantang anak dengan mengerjakan tugas yang paling sulit terlebih dahulu
lalu kemudian mengerjakan yang lebih mudah ( sebut saja prinsip pencuci
mulut ).
Berikut hal-hal yang dapat dilakukan orang tua kepada anak agar anak
tersebut tidak menjadi anak yang tergolong lamban belajar. Hal-hal yang dapat
dialakukan antara lain adalah sebagai berikut :

. Jangan bersifat over protektif. Ini menunjukkan bahwa orang tua anak
tidak menghargai ataupun tidak mengerti akan berbagai potensi yang
dimiliki anak teresbut dimana anak dibatasi dalam melakukan atau
mencapi pengembangan dan peningkatan potensi yang dimilikinya.
. Hubungi guru jika ada permasalahan atau mengalami kebingungan.
. Ajak anak anda ke tempat tempat yang menarik dimana mereka dapat
melihat bahwa sukses di bidang akademik sangat penting.








 BAB III

PENUTUP



Kesimpulan.

 Berdasarkan pada uraian di atas, maka saya dapat menyimpulkan bahwa
seorang anak yang termasuk ke dalam anak yang lamban dalam belajar perlu
mendapatkan motivasi-motivasi atau motivasi mereka untuk belajar perlu
ditingkatkan atau ditumbuhkan agar niat mereka untuk melakukan studi tumbuh
dan berkembang pada diri mereka masing-masing lebih-lebih meningkatkan
prestasi yang melebihi anak normal lainnya. Disamping motivasi mereka perlu
untuk di tumbuhkan oleh pendidik, orang tua juga berperan penting dalam
membantu anak tersebut untuk belajar dan mencegah anak tersebut menjadi slow
learner.










DAFTAR PUSTAKA



http://carfamily.wordpress.com/2007/02/20/how-to-help-slow-learners-ideas-and-
resources/

http://www.reacheverychild.com/feature/slowlearners.html




motivasi

“MOTIVASI”
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Psikologi umum
Dosen Pengampu : Dra Lilis M.,M.Si

logo umm.jpg




Disusun Oleh :
Gilang Ramadhan Soerya Permana ( 11.0301.0014)


JURUSAN BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2011/2012

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang.
 Setiap individu yang terlahirkan ke dunia ini memiliki kemampuan yang
berbeda terutama dalam bidang akademik yang diakibatkan adanya perbedaan
tingkat intelegensi yang dimiliki oleh setiap individu tersebut. Sering kita temui
adanya individu atau anak yang memiliki tingkat intelektual yang tinggi sehingga
sering mendominasi dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam proses
pembelajaran yang biasa disebut anak yang berbakat atau pintar dan terdapat pula
yang biasa-biasa saja atau sering disebut dengan anak normal yang memiliki
tingkat intelegensi normal dan sering pula ditemukan anak yang memiliki tingkat
intelektual sedikit di bawah normal yang mengakibatkan mereka mengalami
keterlambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non-
akademik. Pada makalah ini akan dibahas mengenai MOTIVASI.

Tujuan.

            Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi
kepada pembaca tentang MOTIVASI


Rumusan Masalah.

 Sesuai dengan apa yang terdapat di dalam latar belakang dan tujuan, maka
yang menjadi rumusan masalah adalah motivasi atau dorongan atau minat


 BAB II

PEMBAHASAN


1. Motivasi Sebagai Pengarah Tuju
dan Penggerak Tindakan
Perkataan MOTIVASI adalah berasal daripada perkataan Bahasa Inggeris -
"MOTIVATION". Perkataan asalnya ialah "MOTIVE" yang juga telah dipinjam oleh
Bahasa Melayu / Bahasa Malaysia kepada MOTIF, yakni bermaksud TUJUAN. Di dalam
surat khabar, kerap pemberita menulis ayat "motif pembunuhan". Perkataan motif di
sini boleh kita fahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatu
pembunuhan itu dilakukan.
Jadi, ringkasnya, oleh kerana perkataan motivasi adalah bermaksud sebab, tujuan
atau pendorong, maka tujuan seseorang itulah sebenarnya yang menjadi penggerak
utama baginya berusaha keras mencapai atau mendapat apa juga yang
diinginkannya sama ada secara negatif atau positif.
Oleh itu kita boleh definisikan bahwa:
1. Motivasi adalah sesuatu yang menggerak dan mengarahtuju seseorang
dalam tindakan-tindakannya sama ada secara negatif atau positif.
2. Motivasi Sebagai Pendorong
Tujuan atau motif adalah sama fungsinya dengan matlamat, wawasan, aspirasi, hasrat atau cita-cita. Jadi, wawasan, cita-cita, impian, keinginan atau keperluan seseorang itu malah bagi sesebuah negara merupakan pendorong utama yang menggerakkan usaha bersungguh-sungguh untuk mencapai apa yang dihajatkan.
Lebih penting sesuatu yang ingin dicapai, dimiliki, diselesaikan atau ditujui, lebih serius dan lebih kuatlah usaha seseorang, sesebuah keluarga, organisasi, masyarakat atau negara untuk mencapai apa juga matlamat yang telah ditetapkan. Jadi, dengan matlamat atau hasrat yang lebih penting atau besar, lebih kuatlah pula dorongan atau motivasi seseorang itu untuk berusaha bagi mencapai matlamatnya.
Oleh itu, bolehlah kita buat kesimpulan di sini bahawa:
2. Motivasi adalah suatu bentuk dorongan minda dan hati yang menjadi penggerak utama seseorang, sesebuah keluarga atau organisasi untuk mencapai apa yang diinginkan.
http://sync.mathtag.com/sync?mt_exid=2&admeld_user_id=7b3faf8a-1b36-434a-94e6-1309ee427be2&admeld_adprovider_id=296&admeld_call_type=redirect&admeld_callback=http://tag.admeld.com/match
(Definisi kedua saya di atas ada kesamaan sedikit dengan definisi pertama).
3. Motivasi Sebagai Darjah Kesungguhan
Tahap kepentingan sesuatu yang seseorang ingin capai, memberi kesan terhadap tahap kesungguhannya berusaha. Sungguhpun masa untuk mencapainya agak lama, tetapi jika apa yang dihasratkan itu amat penting, ia akan terus tetap mempunyai keinginan atau kesungguhan untuk berusaha sehinggalah matlamatnya tercapai.
Disimpulkan bahawa:
3. Motivasi adalah darjah atau tahap kesungguhan dan tempoh keterusan
seseorang, berusaha untuk mencapai tujuan atau matlamat.
4. Motivasi Sebagai Stimulator
Untuk  menjelaskan maksud ini,saya ingin ambil kisah berikut:
Seseorang lelaki dan wanita yang sedang saling amat cinta mencintai sehingga telah berjanji untuk hidup bersama, akan berusaha dengan penuh kesungguhan untuk menjadi suami isteri walaupun menghadapi pelbagai halangan untuk berbuat demikian. Itulah sebabnya, ramai pasangan yang kita dengar pergi bernikah ke luar negara apabila ada halangan yang tidak membolehkan mereka mendapat sijil perkahwinan di dalam negara atas sebab halangan undang-undang. Seperti kata pepatah
Melayu"Nak, seribu daya.Tak nak, seribu dalih."Di sini dapatlah kita simpulkan bahawa:
4. Motivasi adalah stimulasi atau semangat akibat rangsangan atau
keghairahan terhadap sesuatu yang benar-benar diingini.
5. Motivasi Sebagai Pemangkin Keberanian
Untuk menjelaskan maksud ini, saya ingin menceritakan sedikit pengalaman saya semasa kanak-kanak dahulu. Semasa saya baru berusia kira-kira 10 tahun, saya amat takut berada di tempat gelap, sebab takut akan "terjumpa hantu". Amalan di kampung saya terutamanya pada tahun-tahun 60an dan 70an ialah apabila seseorang ahli keluarga meninggal dunia, pada rumah orang yang meninggal dunia itu hendaklah ada orang yang tidak tidur atau berjaga sampai pagi, selama tujuh hari. Amalan ini dipanggil"modtu dau".
Suatu hari, ada kematian di kampung saya. Masa itu, banyak cerita tentang "hantu
bangkit" di tempat kelahiran saya (Kundasang, Ranau, Sabah - Kini Kundasang
adalah sebuah pusat peranginan yang terkenal di rantau ini). Kerana minat
"modtudau", saya tidak melepaskan peluang untuk "modtudau"bersama .
Oleh itu, bolehlah kita simpulkan atau definisikan di sini bahawa:
5. Motivasi adalah suatu mangkin yang menimbul dan menyeramakkan keinginan, keberanian dan kesungguhan untuk mencapai sesuatu matlamat mencabar yang benar-benar
Dalam memotivasi diri ada dua aspek yang perlu menjadi pertimbangan yaitu, tujuan dan resiko. Berdasarkan dua aspek ini, kita bisa membedakan motivasi seseorang menjadi empat kategori, yaitu:
1. Memiliki tujuan dan tidak memiliki resiko
2. Memiliki resiko dan tidak memiliki tujuan
3. Memiliki tujuan dan resiko
4. Tidak memiliki resiko dan tidak memiliki tujuan
Kategori pertama, orang yang memiliki tujuan namun tidak memiliki resiko cenderung menjadi orang yang malas. Contohnya, seseorang yang ingin memiliki rumah namun tidak ada ruginya jika masih bisa tinggal dengan orang tua, cenderung tidak bersemangat untuk mencari rumah.
Kategori kedua, orang yang memiliki resiko namun tidak memiliki tujuan cenderung menjadi orang yang suka menghindar. Sebagai contoh, seseorang yang ingin ke kantor namun tidak ada yang dapat ia kerjakan disana bahkan kemungkinan besar ia hanya akan menjadi tumpahan kemarahan oleh atasan sehingga cenderung menghindar datang ke kantor.
Kategori ketiga, orang yang memiliki tujuan dan resiko apabila tujuannya tidak tercapai. Orang dalam kategori ini cenderung menjadi orang yang penuh motivasi. Resiko dapat membantu orang menjadi orang yang termotivasi selama resiko itu tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu ringan. Contohnya, seseorang yang ingin lulus ujian dan tidak ingin gagal adalah orang yang termotivasi untuk belajar. Jika resiko terlalu besar, orang tersebut akan masuk ke kategori kedua (menghindar), sebaliknya jika resiko terlalu kecil ia akan masuk ke kategori pertama (malas).
Kategori keempat, tidak memiliki tujuan dan tidak memiliki resiko. Kategori ini hanya berlaku pada benda mati atau jika ini terjadi pada manusia maka hidupnya menjadi tidak berarti layaknya orang mati








BAB III

PENUTUP



Kesimpulan.

 Berdasarkan pada uraian di atas, maka saya dapat menyimpulkan bahwa
Motivasi itu sangat lah dibutuhkan oleh semua orang

















DAFTAR PUSTAKA



http://carfamily.wordpress.com/2007/02/20/how-to-help-slow-learners-ideas-and-
resources/

http://www.reacheverychild.com/feature/slowlearners.html




Template by : kendhin x-template.blogspot.com